Pada saat itu, setelah solat subuh Husain bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya dan menatap pasukan yang tengah mengepungnya.
Kemudian, ia mulai menyampaikan pidato yang indah dan menyentuh hati. “Mulailah lelaki itu berpidato dengan indah dan menyentuh hati,” Berikut isi pidato Sayyidina Husain :
“Lihatlah nasabku, pandangilah siapa aku ini, lantas lihatlah siapa diri kalian. Perhatikan apakah halal bagi kalian untuk membunuhku dan mencederai kehormatanku”.
“Bukankah aku ini putra dari anak perempuan Nabimu (Fatimah Az-Zahra) ? Bukankah aku ini anak dari washi (penerima wasiat) dan keponakan Nabimu yang pertama kali beriman kepada ajaran Nabimu?”
“Bukankah Hamzah, pemuka para syuhada adalah pamanku? Bukankah Ja’far, yang akan terbang dengan dua sayap di surga itu pamanku?”
“Tidakkah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian sendiri bahwa Rasulullah SAW pernah berkata tentang saudaraku dan aku? Kata baginda Rasul, keduanya adalah pemuka dari pemuda ahli syurga.”
“ Jika kalian percaya dengan apa yang aku sampaikan, dan sungguh itu benar karena aku tak pernah berdusta. Tapi jika kalian tidak mempercayaiku maka tanyakanlah kepada para sahabat Nabi, Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Said al-Khudri, Sahl bin Sa’ad, Zaid bin Arqam, dan Anas bin Malik, yang semuanya akan meberitahu kalian bahwa mereka pun mendengar apa yang Nabi sampaikan mengenai kedudukan saudaraku dan aku. Tidakkah ini semua cukup menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?”.
Sayangnya mereka yang telah terkunci hatinya tidak tersadar dengan pidato yang disampaikan Sayyidina Husain tersebut. Pasukan yang mengepung atas perintah Ubaidillah bin Ziyad itu tetap memaksa Sayyidina Husain untuk mengakui kekuasaan khalifah Yazid bin Muawiyah.
Hingga akhirnya, Husain dibunuh dengan tombak oleh Sinan bin Anas bin Amr Nakhai. Kemudian, dia juga menggorok leher Husain dan menyerahkan kepala Husain kepada Khawali bin Yazid. Hal ini diceritakan secara rinci oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wan Nihayah.
Tragedi pembantaian di Karbala tersebut menunjukkan bahwa sistem kekhalifahan bukanlah satu-satunya solusi untuk umat Islam. “Tidakkah ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa pertarungan di masa khilafah itu sampai mengorbankan nyawa seorang cucu Nabi SAW ? Apakah masih mahu dibilang khalifah itu solusi umat?,”
Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment