Ilmu tasawuf (Suluk) akan melaksanakan 10 hari zikir di dalam kelambu. Masing-masing peserta Suluk disediakan kelambu ukuran 1 meter X 1,5 meter supaya bisa khusyuk berdzikir serta, nanti mereka ini di dalam kelambu ini selama 10 hari,
Zikir selama 10 hari di dalam kelambu ini, untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan seperti terjadi di beberapa tempat lain, Sheikh tarekat ini, telah melakukan kerja sama untuk membantu memberikan pertolongan apabila terjadi hal-hal tidak diinginkan.
2. Zikir Sampai lemas (Ismu Zats)
Dalam sejarah peradaban manusia, para Nabi dan Anbiya disuruh berzikir dengan penyebutan nama Allah ini. Ini jelas tercatat dalam al-Quran apabila Allah berfirman kepada Nabi Zakaria as supaya menyebut nama-Nya dan bertasbih sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang.
Dalilnya adalah firman Allah : "…Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (Surah Ali Imran, ayat 41)
Maka sangat jelas manusia disuruh berzikir dengan nama Tuhan iaitu Allah dan disuruh bertasbih Subhanallah pada bila-bila masa sahaja. Malah al-Quran dengan jelas dan terang menyuruh orang beriman berzikir dengan menyebut kalimah 'Allah'.
Selain daripada neraca dalil al-Quran, kita akan menemui beberapa hadis yang menyatakan zikir dengan penyebutan kalimah Allah itu mempunyai sandaran yang kuat. Ini direkodkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim menyatakan: "Daripada Anas, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda: Kiamat tidak akan berlaku sehingga di muka bumi tidak disebut lagi: Allah, Allah." (Hadis Riwayat Muslim)
3. Zikir sampai Fana' (Akhirat)
Kaum Sufi melaksanakan dzikir dengan begitu asyik dan khusyu'nya karena merasakan keni'matan, kelezatan dan kemanisan. Dengan berdzikir, mereka merasa begitu dekat dengan Tuhannya (qurb), merasa tenang jiwanya, merasakan tidak ada sesuatupun bahkan dirinya kecuali Allah (fana), dan memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki (ma'rifat).
Syeikh Kaum Sufi berkata :
"Apabila Allah Ta'ala hendak mengangkat seorang hambanya menjadi Wali dari hamba-hambanya yang lain, ia membuka kepadanya pintu dzikir, maka apabila ia merasa lezat berzikir, dibuka kepadanya 'babul qurb', kemudian diangkatnya ke Majlisul Uns (tenang bathin), kemudian ditempatkan dia di atas kursi Tauhid, kemudian diangkat daripadanya hijab (penutup) dan lalu dimasukkan dia ke dalam 'darul fardaniyyah', dan dibukakanlah kepadanya 'Hijabul jalali wal'uzmati'. Apabila sampai pada 'jalali wal'uzmati', ia merasa tak ada lagi yang lain, hanya Huwa (Dia) Allah, maka takala itu seorang hamba berada dalam masa fana."
4. Zikir terangkat (Zikir Rohani)
Zikir atau wirid sering diartikan menyebut nama Allah SWT, dan biasanya dilakukan secara rutin. Menurut buku pedoman zikir dan doa. Zikir adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa ilaaha ilallaah), tahmid (alhamdulillah), taqdis (qudduusun), takbir (allahu akbar), dan lain-lain.
Zikir dapat membuat pembentukkan mental dan spiritual seseorang dalam menjalankan misinya sebagai khalifah di bumi. Semua doa dan zikir akan kembali ke diri masing-masing. Adapun manfaat zikir antara lain:
1. Seorang manusia pastilah membutuhkan tempat sandaran untuk mengadu segala keluh kesahnya, untuk itu dengan kekuatan zikir untuk menguatkan kembali jiwa yang telah hancur.
2. Zikir tidak serta merta dilakukan pada saat sedang kesusahan saja, namun sebagai saranan memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualiti diri.
3. Dengan zikir dapat menolak bala dan dapat terpenuhinya hajat.
Allah berfirman "Hai orang-orang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (QS Al-Ahzab ayat 41).
Zikir merupakan cahaya bagi orang-orang yang berzikir di dunia, dan cahaya baginya di kuburan kelak. "Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepada-Nya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap-gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya.
5. Zikir Niat (Zikir dalam hati) Paling Baik
Berzikir diperintahkan berulang kali dalam Al-Quran dan hadis, dalam berbagai kondisi. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan ciri seorang ulul albab adalah orang yang senantiasa berzikir, sebagaimana dalam ayat berikut: Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS. Ali Imran: 191).
Lumrahnya, yang dinamakan dzikir adalah bacaan ibadah tertentu yang diucapkan dan bisa terdengar. Tetapi tak jarang juga dzikir dilakukan dalam hati saja sehingga tak ada siapa pun yang tahu. Manakah di antara kedua praktik ini yang terbaik.
Imam at-Thabari, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Batthal menjelaskan masalah ini sebagai berikut: “Apabila dikatakan dzikir yang manakah yang lebih besar pahalanya, apakah yang di hati saja ataukah yang dengan lisan?, dijawab: Ulama Salaf berbeda tentang hal itu. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia berkata: “Aku berdzikir kepada Allah dalam hati lebih aku sukai daripada Aku berzikir dengan lisanku 70 kali".
Tokoh lain berkata: “Dzikir dengan lisan kepada Allah adalah lebih utama". Diriwayatkan dari Abu Ubaidah bin Abdullah bin Masud ia berkata: “Selama hati seseorang berdzikir kepada Allah maka ia berada dalam doa meskipun ia di pasar. Apabila lisan dan kedua bibirnya bergerak mengucapkannya, maka itu lebih besar pahalanya.”
Selamat beramal.
No comments:
Post a Comment